Dan karena makin bertambahnya
kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Matius 24:12)
Wang Yue (Yueyue)! Mungkin sebagian
besar kita masih akrab dengan nama tersebut. Balita berusia dua tahun ini
terbujur kaku dan tergeletak bersimbah darah ditengah jalan akibat di tabrak
dan dilindas mobil Van disebuah pusat pasar grosir di kota Foshan Propinsi
Guangdong Cina Selatan. Sang sopir berhenti sejenak, namun kemudian melindas
tubuh si anak untuk ke dua kalinya lalu kabur.
Kejadian diatas mengingatkan penulis akan sebuah peristiwa yang terjadi dua ribu
tahun yang lalu dan tidak kalah mirisnya dengan peristiwa di atas. Dimana
seorang anak manusia juga terbujur kaku dipinggir jalan, sekujur tubuhnya penuh
dengan bekas aniaya dan harta bendanya dijarah sampai habis dan malangnya tidak
ada orang yang langsung menolongnya, bukannya tidak ada orang yang lewat. Dalam
peristiwa itu dicacat orang pertama dan kedua lewat. Kedua-duanya kaum rohaniawan, mengerti
akan Firman Tuhan, orang yang dipanggil Allah secara khusus untuk melayani di Kemah Suci. Mereka adalah
orang yang di kenal oleh orang Yahudi. Itu sebabnya ketika orang yang teraniaya
itu melihat orang tersebut, betapa senangnya hatinya sebab yang datang adalah
Imam dan orang Lewi. Namun pikirannya meleset. Orang yang justru di harapkan
sebagai sumber pertolongan itu hanya melihat lalu melewatinya dari seberang jalan (Lukas 10:31). Orang
kedua juga hanya mempertontonkan hal yang sama dengan orang pertama tadi “dimana
ia hanya melihat lalu melewatinya dari
seberang jalan (Lukas 10:32)
Pembacaan nats Firman Tuhan di atas
menegaskan bahwa “kasih kebanyakan orang akan semakin dingin.” “Dalam
terjemahan lain dikatakan kasih orang banyak tawarlah kelak” Ayat ini
memberikan warning kepada umatNya, bahwa bencana rohani yang amat dasyat akan
menimpa umat Kristiani di belahan dunia. Kegersangan rohani akan terjadi
dimana-mana. kasih mengalami kepudaran
dari dalam diri manusia. Pudarnya nilai kasih dari kehidupan manusia tidak
hannya melanda orang-orang tertentu. Siapapun bisa dilanda kegersangan kasih,
kepudaran kasih, kasihnya semakin dingin, baik orang awam, bahkan pelayan Tuhan
sekalipun. Dan itulah yang sedang terjadi akhir-akhir ini, dimana kasih tidak
lagi menjadi center kehidupan manusia. Pembicaraan seputar kasih hanya sekedar
retorika belaka, hanya sekedar tema-tema khotbah yang mengenakkan telinga, pemanis
bibir saja, baik ditengah-tengah lingkungan, berjemaat, dan keluarga. Kasih sepertinya
sudah menjadi barang yang langka, jarang
ditemukan dalam kehidupan nyata. Pdt. Dr. Eka Darmaputera dalam bukunya 365
ANAK TANGGA MENUJU HIDUP BERKEMENANGAN, Mengatakan “Tanda manusia semakin
beradap adalah bahwa ia semakin mampu mengasihi”. Bahkan lebih jauh dikatakan
“kita bisa bertumbuh kesegala hal dan kesegala jurusan, tetapi kalau kasih
tidak bertumbuh, maka hal ini sama saja dengan tidak bertumbuh sama sekali”.
Dan rasul Paulus menegaskan kepada Jemaat Korintus, “Dan sekalipun aku
membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkann tubuhku
untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada
faedahnya bagiku”.
Sudah sepatutnyalah kita (baca: Orang Percaya)
menjadi garda terdepan dalam merealisasikan kasih dalam hidup dan kehidupannya.
Bukan malah seperti yang delapan belas orang yang lalu lalang namun tidak mengambil
tindakan apa-apa terhadap bocah dua tahun yang terbujur kaku di jalan, atau
tidak seperti dua rohaniawa (Imam dan orang Lewi) yang tidak respon terhadap
orang yang teraniaya itu. Namun kita harus seperti wanita tua pengumpul sampah yang bernama Chen
Xianmei, dan seperti orang Samaria yang murah hati. Meskipun kedua orang ini termarjinalkan namun hidupnya penuh
dengan nilai kasih. Ingat kasih yang pudar atau yang dingin itu bisa melanda
siapa saja, itu
Oleh: Joel Nababan, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar