SYALOM...SLAMAT DATANG DI BLOGNYA BIRO PEMUDA GEREJA PENTAKOSTA. SEMOGA BLOG INI MENJADI BERKAT BAGI PENGUNJUNG SEKALIAN. TUHAN MEMBERKATI, HALELUYA.........

Sejarah Gereja Pentakosta

Oleh: Pdt. M. Hutabarat, SH., S.Th

              Profil
Pdt. Ev. Lukas siburian

Bangsa yang besar adalah
Bangsa yang menghargai sejarah

A. Pendahuluan
            Pelaksanaan Rapat-rapat Synode, adalah merupakan wujud nyata dari pada amanah Anggaran Dasar/PRT Gereja Pentakosta sebagai wadah para pengerja, Hamba Tuhan dan anggota Jemaat, membicarakan hal-hal yang perlu dalam pengembangan, perencanaan dan peningkatan Gereja Pentakosta ke depan, sehingga senantiasa merupakan momentum yang sangat berharga untuk benar-benar didayagunakan secara maksimal dalam upaya kemajuan Gereja Pentakosta.

 
           

       Synode Gereja Pentakosta sekarang ini adalah merupakan yang ke 28 kalinya. apabila dilihat dari sejarah berdirinya Gereja Pentakosta pada tahun 1941, menurut catatan, Synode yang pertama berlangsung pada bulan Mei 1944 di Balige. Sinode yang ke II  s/d ke V tahun1945, 1946, 1948, dan 1950, serta Synod eke-VI tahun 1951. Lalu Synode VII dan VIII tahun 1959 dan 1961, memperlihatkan kepada kita bahwa Pelaksanaan Synode belumlah terlaksana secara berkala dan kontinu. Tentunya hal itu terjadi oleh karena pengaruh situasi pada waktu itu. Sebagai pelanjut/penerus dari pada Gereja Pentakosta yang kita cintai ini, wajar apabila kita mendambakan untuk lebih mengetahui perjalanan Gereja Pentakosta yang telah berusia 63tahun ini secara lebih akurat, nyata dan authentic sebagai bukti sejarah, bahan evaluasi/renungan guna konsolidasi peningkatan kedepan, serta disampaikan nantinya kepada generasi penerus.
   Kepada panitia, beberapa pendeta, pengerja, serta anak-anak Tuhan/Jemaat, telah meminta agar dibuatkan sejarah Gereja Pentakosta, sebagaimana umumnya Synode-synode lainnya memiliki sejarah Synodenya. Juga ada permintaan untuk penyajian riwayat
 Pendeta Evangelis Lukas Siburian sebagai bapak Pendiri Gereja Pentakota. Permintaan tersebut adalah sangat baik dan mulia, yang kita sambut dengan sepenuh hati, namun… tugas membuat sejarah jelas merupakan amanah suci, memerlukan riset, data-data akurat, keterangan serta saksi-saksi untuk menyusunnya. Hal tersebut membuat harapan dimaksud tidak dapat langsung terpenuhi pada saat ini, meskipun disadari bahwa kita sudah harus memulai langkah awal mengupayakan penyusunan Sejarah Gereja Pentakosta.

     Dari 2 alternatif permintaan kepada paniti, setelah mengadakan  riset orientasi dan pengumpulan  data serta fakta-fakta yang dilakukan oleh penulis kiranya dapat memulai  dengan penyajian "Profil Pdt. Ev. Lukas Siburian" yang didasari oleh alur pikir dan fakta sejarah bahwa berbicara tentang sejarah Gereja Pentakosta, tidaklah dapat dipisahkan dari riwayat hidup, pekerjaan, kisah-kisah perjalanan dan panggilan TUHAN kepada beliau sebagai cikal-bakal Gereja Pentakosta, sekaligus merupakan pengantar bagi peserta synode untuk lebih mengeal beliau, serta dapat berpartisipasi dalam penyusunan Sejarah Gereja Pentakosta.

B. Riwayat Hidup
       Pdt. Ev Lukas Siburian, lahir  pada tanggal 09 Juni 1906 di desa Paranginan, Humbang Tapanuli Utara-Sumatera Utara. orang tuanya adalah bapak ST. Daniel Siburian dan ibu boru Aritonang Ompu sunggu. Beliau adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara, dimana adiknya yaitu Pendeta Renatus Siburian adalah juga salah seorang perintis pentakostawi. Isrtinya T. Boru Lumbantobing yang selalu setia mendampingi beliau. Melahirkan 13 orang anak, tetapi  2 (dua) orang diantaranya dipanggil Tuhan ketika masih anak-anak. Dengan demikian yang masih hidup sampai sekarang ini, adalah 11 (sebelas) orang, 5 (lima) orang alaki-lak dan 6 (enam) orang perempuan, yakni:

1. Mariske Siburian kawin degan Pdt. Ev. Drs P. Sinaga (alm)
2. Pdt. Pangidoan Siburian, kawn dengan boru Simbolon
3. Robert Dalen Siburian., SE kawin dengan EM. Br.  Aritonang
4. Simson Siburian, SH, kawin dengan A. br Tobing
5.Nudy Desy Siburian, SH. kawin dengan  Drg. M. Br Tobing
6. Pdt. Fermandiane Ev. Siburian kawin dengan Mampe Hutabarat, SH.
7. Tagor Siburian kawin dengan E. Boru siregar
8. Tumiur Siburian kawin dengan O. Simanjuntak
9. Rona ULy Siburian kawind enga Ir. RM. simanjuntak
10. Nurita Dame Siburian kawin dengan Drs. J. Nainggolan
11. Rumida Siburian kawin dengan Dr.s . Saragih
Dengan demikian semuanya sudah berumah tangga.
     Pada masa kanak-kanak beliau berada di Paranginan dan menjelang akil-balig di Medan, dimana ditempat-tempat tersebut bersekolah bahasa Inggris dan Belanda. Selanjutnya beliau berangkat ke Pulau Jawa yakni di Batavia, Surabaya dan Bandung pada usia yag masih remaja, merantau memperdalam pengalaman dan ilmu pengetahuan.
      Dapatlah  kita bayangkan bagaimana tekad seorang pemuda batak pada tahun 20-an di zaman Belanda, dimanatrasportasi/komunikasi masih sangat sulit/langka ketika itu, namun tidak meru[pakan hambatan baginya meningkatkan ilmu pengetahuan dan arti kehidupan.
       Setelahbeberapa lama  di Pulau Jawa, dan menyelesaikan (tamat) dari sekolah tekhnik Bandung dengan hasil baik, maka sesuai dengan keahliannya. beliau mendapat peluang untuk bekerja di perusaahan minyak Belanda yakni BATAACHE petroleum maatschapij (B.P.M) di Plaju Sumatera Selatan, sebagai Ambtenaar.  Selanjutnya Tuhan memberi jodoh yaitu T. boru Lumbantobing sebagai istri bapak Lukas Siburian dan melangsungkan perkawinan di Tarutung. Kembali ke Palembang bertugas dan meniti karier di BPM dengan tekun sehingga sebagai Ambtenaar diangkat menjadi STAF EMPLOYEE, setara dengan orang-orang Belanda di BPM.
      Sekitar tahun 1924, di Indonesia bertumbuh dan berkembang pngajaran Pentakosta, dimana Pemerintah Hindia Belanda mengakui DEPINKSTER GEMEENTE IN NED. INDIATE BANDUNG,  menjadi suatu  KERK-GENOOTSCHAP. Pengakuan atas keberadaan PINKSTERKERK ini membuatnya berkembang dan samapai di Sumatera Selatan. Kemudian Bapak L. Siburian menjadi  anggota PINKSTERKERK danpada tahun 1934, bapak Ev. Lukas Siburian menjadi Penatua PINKSTERKERK di Plaju.
      Menyadari dan menjiwai betapa sukacita dan hikmatnya hidup kerohanian dalam PINKSTER ini, Bapak Lukas Siburian menjetuskan suatu ide/cita-cita murni berupahsarat menyebarkan PENGAJARAN PENTAKOSTA/PINKSTER ke daerah Sumatera Utara. Bahkan dalam gagasan itu telah terkandung "nama" dari pada pengajaran baru itu nantinya  setelah diperkenalkan kepada masyarakat, yaitu dengan perkataan/nama "PENTAKOSTA" sesuai dengan nama yang tertulis dalam ALKITAB,  pada Kisah Para Rasul 2:1.
   Cita-cita itu mulai dikumandangkan kepada Sidang Jemaat di Plaju dan Pelembang dan mendapat sambutan yang sangat positif. Mereka sependapat dengan rencana MISI tersebut, serta mempercayakan kepada bapak LUkas Siburian untukmelakukan upaya-upaya mewujudnyatakan cita-cita fdan rencana mulia tersbut. Untuk menjamin sumber-sumber pembiayaan yang diperlukan, diadakanlah usaha pengumpula dana guna pembiayaan seluruh Rencana Kerja, mulai dari pembinaan tenaga kader Penginjilan, sekolah dan pernerjunan mereka kelapangan yaiotu di Sumataera Utara. Nyatalah bagi kita betapa beratnya tugas-tugas tersebut yang berada di atas pundak Bapak Lukas Siburian.
   Setelah sumber-sumber pembiayaan tadi diperoleh, maka usaha-usaha pembianan tenaga-tenaga penginjilan mulai dilaksaakan. beberapa pemuda asal Tapanuli yang berada di Palembang diutus ke Surabaya, Jawa Timur guna mengikuti pendidikan ALKITAB di sekolah Alkitab PENTAKOSTA, secara berkelanjutan didik menjadi penginjil yang setelah tamat, diutus melakukan penginjilan di Sumatera Utara. pengiriman ini  mulai dilakukan dalam tahun 1935, kemudian disusul dengan pengiriman berikutnya, hingga jumlah tertentu yang menurut dokumentasi pada saat itu sudah dikirim  lebih kurang 12 orang.
      Para penginjil ini telah berkarya dalam penyebaran PINKSTERKERK. Berkat bimbingan dan kuasa Tuhan, dalam waktu yang tidak begitu lama, mulailah kelihatan hasil-hasil penginjilan tersebut dengan terbentuknya sebuah Sidang Jemaat yang mula-mula di Balige pada akhir bulan Oktober 1941 dan langsung diberi nama Gereja Pentakosta (PINKSTERKERK) sebagaimana telah merupakan cita-cita dari Palembang
Kemudian pada penginjilan tersebut, menjalankan pelayanan secara terpencar-pencar, ada yang diparanginan, di kota Tarutung, di Balige, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan lain-lain yang membuahkan hasil-hasil kemajuan dalam naungan Gereja Pentakosta.
Selanjutnya dalam kegiatan pengnjilan, mulai terlihat adanya gejala ketidak sesuaian pendapat dalam perkerjaan penginjilan yang tentunya membawa pengaruh pada kesatuan kebersamaan, bahkan  sudah ada Pendeta yang memakai nama gereja secara berbeda-beda.
Menyadari hal tersebut dengan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan berkembangnya lagi kondisi-kondisi yang merugikan misi Gereja Pentakosta, bapak Lukas Siburian bertetap hati dengan mengimani tuntunan Tuhan, mengambil sikap dengan suatu keputusan yangsungguh besar dan heran, dimana beliau mau dan bertetap hati meninggalkan pekerjaannya sebagai staf/Employee BPM untuk langsung turun kelapangan melakukan penginjilan, terjun dalam kegiatan pelayanan dengan mengalami serta menghadapi sendiri keadaan di medan penginjilan serta melakukan upaya-upaya kelestarian  Gereja Pentakosta.
     Pekerjaan sebagai di BPM saat itu (sekarang sperti pertamina), sungguh merupakan pekerjaan yang bergengsi tinggi. Dengan  gaji yang besar, jaminan social yang mapan, fasilitas lengkap sampai ke luar negeri, membuat jabatan dimaksud langka bagi kaum pribumi ketika itu. Apabila pola piker adalah dari sudut duniawi dan kedagingan……. “panggilan Tuhan” telah merasuki hati, jiwa dan pikiran bapak Lukas Siburian serta merta menuntun beliau agar berani meninggalkan kenikmatan duniawi itu beserta keluarganya dan siap bekerja di lading Tuhan.  Dengan memboyong istri serta 4 (empat) orang anak yang lahir di Pelembang, pada tahun 1943 (masa pendudukan Jepang), Bapak Lukas Siburian berangkat ke Sumatera Utara, serta singgah dulu ditarutung yang juga merupakan kampong keluarga mertuanya yakni marga Lumbantobing.
Adalah wajar apabila keluarga Lumbantobing merasa heran dan kaget, mengetahui anak/menantu meninggalkan pekerjaannya yang bagus di Palembang serta kebali ke kampong, tetapi selanjutnya dapat memahami tugas suci dan mulia itu. Karena pada waktu itu ibu T. boru lumbantobing sedang hamil, selanjutnya anak yang ke 5 dilahirkan di tarutung.
Dalam melakukan penginjilan dan kegiatan-kegiatan gerejani dengan memakai nama PENTAKOSTA  atau gereja Pentakosta

C. Gereja/Penginjilan

1. Gereja
                -              Peran serta bapak Lukas Siburian dalam Gereja/Penginjilan pada waktu di Plaju Palembang adalah sebagai Jemaat PINKSTERKERK yang selanjutnya pada tahun 1934 diangka menjadi penatua PINKSTERKERK. Tahun 1938 menutus tenaga-tenaga kader-kader penginjil dari Palembang ke Surabaya untuk mengikuti SEKOLAH ALKITAB PENTAKOSTA yang selanjutnya menjadi tenaga-tenaga penginjil Pentakosta di Sumatera Utara.
                -              Setelah meninggalkan Palembang pada tahun 1943, langsung terjun melakukan penginjilan-penginjilan perintis bersama lainnya. Perjalanan sejarah mencatat, dalam perjalanan  Gereja Pentakosta yang kemudian mengalami fiksi  sebagai konsekuensi perkembangan logis dari pada suatu organisasi, maka dalam tahun 1949-1950 dan selanjtnya terjadi perkembangan gereja-gereja yang tetap memakai nama “Gereja Pentakosta” adalah dibawah Pimpinan Pdt. Ev. Lukas siburian yang berkedudukan pusat di Pematang Siantar.
                -              Perjalanan Gereja Pentakosta tentunya  juga mengalami beberapa kisah suka duka, tetapi Tuhan tetap menyertai Gereja Pentakosta. Pernah terjadi Federasi gereja-gereja Pentakosta yang berkedudukan di Jkarta, berneda pendapat dengan Gereja Pentakosta dalam hubungan organisasi, tetapi atas perjuangan Pdt. Ev. Lukas Siburian, Secara Nasional turut serta mempelopori berdirinya suatu Badan Kerjasama diantara Gereja-gereja beraliran Pentakosta, dimana kemudian pada tahun 1963, pada rapat yang berlangsung di Yogyakarta, telah terbentuk suatu Badan Kerja Sama yang diberi nama “DEWAN KERJA SAMA”, berpusat di Jakarta dan Pdt. Ev. Lukas Siburian duduk sebagai Sekretaris merangkap anggota Dewan.
                -              Pada tahun 1964, Departemen Agama RI, menerbitkan “Peraturan tentang HERREGISTRASI” dan Pdt. Ev. Lukas Siburian telah melaksanakan pendaftaran ulang dan Departemen Agama RI menerbitkan  “surat keterangan Pendaftaran Ulang” kepada Gereja Pentakosta, tanggal 13 Pebruari 1964, Nomor:B/II/SK/2/16/64. Hal ini menunjukkan betapa beliau selalu mematuhi hokum dan berjalan sesuai prosedur sehingga Gereja Pentakosta tetap sah dan berkekuatan hokum sebagai salah satu  organisasi agama di Negara RI.




Bersambung




 di ketik ulang oleh: Pdm. Joel Nababan, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELESAI MEMBACA ARTIKELNYA JANGAN LUPA MENINGGALKAN KOMENTARNYA YA…. TUHAN MEMBERKATI, HALELUYA.........
zwani.com myspace graphic comments

Apakah Anda bangga sebagai pemuda Gereja Pentakosta?

.

.
.

.

.
.

Video