Abraham
merupakan seorang tokoh Alkitab yang mendapat predikat sebagai “bapa
segala bangsa”. Nama Abraham sebelumnya adalah Abram, mempunyai dua
saudara yakni: Nahor dan Haran. Pada awalnya Terah dan anak-anaknya
tinggal di Ur-Kasdim. Dari Ur-Kasdim Terah membawa keluarganya menuju
tanah Kanaan lalu sampailah mereka di Haran dan menetap di sana
( Kejadian 11:27-32).
Perjalanan hidup Abram sangat menarik untuk diteliti. Dalam Kejadian 12 dicatat bagaimana Allah memanggil dan memerintahkan Abram supaya: “pergi dari negerinya, dari sanak saudaranya, dan dari rumah bapanya ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu”. Walaupun arah dan tujuan kemana Abram harus pergi tidak diungkapkan oleh Allah secara secara spesifik, tetapi dalam pasal 12:4 dikatakan “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya”. Dengan kata lain Abram pergi dengan bermodalkan janji dan ketaatan kepada Allah. Dengan berpegang teguh akan janji-janji Allah, Abram (selanjutnya nanti nama Abram diganti menjadi Abraham) mengarungi bahtera kehidupannya. Dan dengan berpegang terhadap janji Allah itu jugalah Abraham memperoleh anak yang kelak menjadi ahli warisnya yang diberi nama Ishak. Yang walaupun secara logika tidak mungkin hal itu terjadi karena pada waktu Ishak lahir usia Abraham sudah mencapai seratus tahun dan Sara istrinya sudah menopous.
Sosok Abraham ternyata bukan hanya pribadi yang berpegang teguh terhadap janji-janji Allah, tetapi ia juga memeiliki ketaatan dan iman yang teguh. Hal itu terbukti ketika Allah meminta Ishak anak simatawayangnya untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai korban bakaran (Kejadian 22:2). Padahal dalam perjanjian sebelumnya hal ini tidak dibicarakan. Tetapi luar biasanya Abraham membuktikan ketaatan dan keteguhan imannya kepada Allah dengan melaksanakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Tetapi yang lebih luar biasa bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap janji-janjiNya. Dan janji-janji Allah yang disampaikan dalam Kejadian 12 digenapi semuanya dalam kehidupan Abraham.
Perjalanan hidup Abram sangat menarik untuk diteliti. Dalam Kejadian 12 dicatat bagaimana Allah memanggil dan memerintahkan Abram supaya: “pergi dari negerinya, dari sanak saudaranya, dan dari rumah bapanya ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu”. Walaupun arah dan tujuan kemana Abram harus pergi tidak diungkapkan oleh Allah secara secara spesifik, tetapi dalam pasal 12:4 dikatakan “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya”. Dengan kata lain Abram pergi dengan bermodalkan janji dan ketaatan kepada Allah. Dengan berpegang teguh akan janji-janji Allah, Abram (selanjutnya nanti nama Abram diganti menjadi Abraham) mengarungi bahtera kehidupannya. Dan dengan berpegang terhadap janji Allah itu jugalah Abraham memperoleh anak yang kelak menjadi ahli warisnya yang diberi nama Ishak. Yang walaupun secara logika tidak mungkin hal itu terjadi karena pada waktu Ishak lahir usia Abraham sudah mencapai seratus tahun dan Sara istrinya sudah menopous.
Sosok Abraham ternyata bukan hanya pribadi yang berpegang teguh terhadap janji-janji Allah, tetapi ia juga memeiliki ketaatan dan iman yang teguh. Hal itu terbukti ketika Allah meminta Ishak anak simatawayangnya untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai korban bakaran (Kejadian 22:2). Padahal dalam perjanjian sebelumnya hal ini tidak dibicarakan. Tetapi luar biasanya Abraham membuktikan ketaatan dan keteguhan imannya kepada Allah dengan melaksanakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Tetapi yang lebih luar biasa bahwa Allah tidak pernah ingkar terhadap janji-janjiNya. Dan janji-janji Allah yang disampaikan dalam Kejadian 12 digenapi semuanya dalam kehidupan Abraham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar