SYALOM...SLAMAT DATANG DI BLOGNYA BIRO PEMUDA GEREJA PENTAKOSTA. SEMOGA BLOG INI MENJADI BERKAT BAGI PENGUNJUNG SEKALIAN. TUHAN MEMBERKATI, HALELUYA.........

Jumat, 18 April 2014

Salib Kristus Sebagai Perwujudan Kasih Yang Sesungguhnya


Pemerintahan Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman mati terhadap Yesus yang walaupun  berdasarkan pengamatan Pilatus “bahwa tidak ada suatu kesalahan  yang didapatinya pada diri Yesus  yang setimpal dengan hukuman mati” (Lukas  23:22).  Rekayasa terhadap ketidakadilan yang dialami oleh Yesus terus dilakukan oleh para imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat. Mereka terus mencari celah guna menjatuhkan hukuman kepada Yesus. Orang-orang yang ada pada waktu itu pun mereka propokasi sehingga mereka membenci Yesus dan mendesak Pilatus sebagai sang penguasa.  Pilatus sang penguasa itu pun tidak berdaya menghadapi tekanan yang begitu hebat, sehingga   untuk menyenangkan, dan desakan imam besar, Imam-imam Kepala, tua-tua, dan ahli Taurat, bahkan orang banyak itu, vonis hukuman mati dengan cara disalibkan pun dijatuhkan terhadap Yesus. Sebuah hukuman yang sesungguhnya tidak layak diberikan kepada Yesus.
            Pasca vonis hukuman mati yang ditujukan terhadap Yesus, kesadisan demi kesadisan pun terus ditujukan kepada Yesus. Dimulai dengan penyiksaan yang tiada duanya. Sebelum penyaliban dilakukan, para prajurit Roma melakukan pencambukan dengan cambuk Roma (Flagellum), sebuah cambuk yang sengaja dirancang untuk menyobek kulit sikorban karena memang cambuk tersebut dilekatkan dengan serpihan-serpihan tulang dan logam.  Dan ketika pencambukan terus menerus, luka robek akan semakin dalam lalu merobek otot-otot tulang dan mencabik-cabik daging. Sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan  tentunya akan terjadi pendarahan yang luar biasa.  Penderitaan itu semakin kompleks manakala Ia dipaksa berjalan kaki sambil mengusung balok salib (Patibulum) yang beratnya 34-57 Kg menuju Golgota (bukit tengkorak). Dalan perjalanannya menuju bukit tengkorak, tidak jarang Tuhan Yesus terkapar ke tanah oleh karena beratnya beban yang Ia pikul. Sementara tubuhnya kian melemah, otot-ototnya kaku, tenaganya terkuras habis. Belum lagi sakitnya tendangan-tendangan serdadu Romawi yang dihujamkan kepadaNya. Sampai-sampai Tuhan Yesus seperti domba yang dibawa kepembantaian. Bukit tengkorak sebagai tempat terakhir dari ketidakadilan yang dipertontonkan kepada Yesus, menjadi saksi bisu atas pendetitaan yang dialamiNya, lewat penyaliban yang dilakukan oleh para prajurit. Penyaliban Romawi Kuno merupakan kekejaman yang tidak tertandingi.  Itulah sebabnya bagi warga Negara Roma hukuman mati ini tidak dijatuhkan kepada mereka. Cicero, seorang ahli pidato Roma (tahun 40 Sebelum Masehi) menggambarkan penyaliban sebagai hukuman yang paling kejam dan menakutkan.
            Salib Kristus yang berdiri diantara dua orang penjahat menjadi puncak klimaks dari penderitaan Yesus. Di atas kayu salib yang berdiri itu kini Yesus tergantung dan terbujur kaku. MulutNya bergetar, darah terus mengalir dari bekas cambuk dan bekas paku yang tertancap di  kedua tangan dan kedua kakiNya, kepalaNya tertunduk kebawah takberdaya. Ditengah-tengah kengerian yang amat sangat itu Yesus menunjukkan perwujudan kasih yang sesungguhnya. MulutNya yang kaku dan gemetar itu masih sanggup berkata “Ya Bapa Ampunilah Mereka”. Sebuah pertanyaan besar pun muncul dalam pikiran, bukankah selayaknya Yesus membenci mereka-mereka yang menjatuhkan vonis hukuman mati, yang mengolok-olok serta yang melakukan penyiksaan itu? Atau tidakkah selayaknya  Yesus menggunakan kuasa yang ada padaNya atau meminta sejumlah  besar pasukan bala tentara sorgawi kepada bapaNya guna menghalau orang-orang yang membenciNya. Tetapi Yesus justru menunjukkan betapa besar kasihNya kepada mereka. Yesus mewujunyatakan kasih yang sesungguhnya lewat penderitaanNya di kayu salib. Tidak ada kata-kata celaan, hujatan yang keluar dari mulut Yesus. Tidak ada kebencian, dendam pada diri Yesus. Tetapi sebaliknya mengucapkan sebuah kalimat yang agung, mulia, dengan berkata “Ya Bapa Ampunilah Mereka”. Salib Kristus menjadi ajang pembuktian kasih yang sesungguhnya bagi umat manusia.

Selamat Melaksanakan Ibadah Jumat Agung (Jumat,  18 April 2014)
By: Pdm. Joel Nababan, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELESAI MEMBACA ARTIKELNYA JANGAN LUPA MENINGGALKAN KOMENTARNYA YA…. TUHAN MEMBERKATI, HALELUYA.........
zwani.com myspace graphic comments

Apakah Anda bangga sebagai pemuda Gereja Pentakosta?

.

.
.

.

.
.

Video